WISATA FLORES-LARANTUKA
Flores adalah pulau besar yang indah sekaligus
menakjubkan. Sedikit orang yang tahu bahwa nama asli pulau ini adalah
Nusa Nipa (Pulau Ular). Terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Flores merupakan pulau yang panjang seluas 14.300 km² dan menyimpan
rahasia terbaik dunia, menunggu siapapun untuk datang dan
menjelajahinya.
LARANTUKA
Flores
Timur dengan ibukota Larantuka adalah salah satu kabupaten di
Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di sebelah timur dari Pulau
Flores, yang terdiri dari Pulau Solor dan Pulau Adonara.kota
ini terkenal sebagai kota religi bagi umat Nasrani yang di sebut
sebagai kota reinha.keindahan kota Larantuka tidak perlu di ragukan lagi
karena terdapat banyak tempat wisata berupa pantai-pantai.yang sangat
saya banggakan dari kota bekas penjajahan portugis ini adalah rasa
solidaritas umat beragama yang sanga tinggi.Meskipun Mayoritas penduduk
adalah Nasrani
namun masyarakat disana hidup selalu berdampingan dengan tidak
memandang perbedaan agama sehingga terciptanya kerukunan serta
keselarasan dalam kehidupan bermasyarakat.Jika anda tertarik untuk
mengetahui budaya-budaya baik dari tarian atau menenun anda bisa
langsung datang dan berkunjung kekota ini
Dimulai dari ujung timur pulau ini, wisatawan sudah bisa menikmati
keindahan alam pantai. “Menyusuri pantai sepanjang Larantuka hingga
Labuan Bajo di ujung barat Flores itu sungguh merupakan sebuah
pengalaman yang tak terlupakan. Kita dibuat tidak boleh mengedipkan
mata,” ujar Cicilia Roehm, wanita bersuamikan Gerard Roehm, yang berasal
dari Jerman.
Paling tidak ada tujuh keunikan yang dapat ditemukan di Flores. Yang
pertama adalah Semana Santa, perayaan Pekan Suci yang berpuncak pada
prosesi Jumat Agung.
Ini merupakan tradisi unik peninggalan Portugis, yang masih tetap hidup di Larantuka. Setiap tahun, menjelang dan pada saat perayaan Paskah umat Katolik, kota indah di bibir pantai ujung timur Pulau Flores ini dibanjiri ribuan peziarah dari berbagai kota di pelosok Tanah Air, bahkan dari luar negeri.
Larantuka dalam sepekan itu menjadi “kota bisu”. Para peziarah seolah bergerak dalam kebisuan untuk mengikuti dengan kusyuk “tapak-tapak penderitaan hingga prosesi pemakaman Yesus” khas Larantuka.
Dalam dekade terakhir, Semana Santa Larantuka sudah masuk dalam agenda kunjungan wisata para “pencari sumber mata air kehidupan rohani”. Sejumlah biro perjalanan di Jakarta, Yogyakarta, Denpasar, Kupang, bahkan sudah rutin memasukkan Semana Santa di Larantuka ke dalam Paket Wisata Rohani tahunan mereka.
“Ziarah semacam ini perlu bagi mereka yang sedang dihinggapi kekeringan rohani,” ucap Herman Jacob, peziarah asal Jakarta.
Semana Santa, dengan berbagai ritual keagamaanya yang unik adalah salah satu pesona wisata yang ada di Larantuka. Sejatinya, ibu kota Kabupaten Flores Timur ini sendiri adalah tempat permukiman tua nan indah. Letaknya di kaki gunung Ile Mandiri (1502 meter dpl), kota ini terlindungi oleh dua buah pulau kecil di depannya, yakni Adonara dan Solor, yang hanya berjarak beberapa kilometer.
Di tengah apitan dua pulau ini terbentang sebuah lautan kecil dengan selat-selat sempit bagaikan sebuah telaga. Secara alami, Larantuka merupakan sebuah permukiman yang sangat indah.
Sebagai kota pelabuhan yang tidak terlalu besar, Larantuka memperlihatkan panorama yang dikelilingi bukit-bukit dan gunung Lewotobi ganda yang samar-samar tampak di bagian barat, sungguh memesona.
Keindahan itulah yang membuat Larantuka bagai gula yang didatangi “semut-semut” pada sekitar abad 16 dan 17, ketika berbagai pelayaran petualangan menghampiri kota ini. Bangsa Portugis dan Spanyol berlomba-lomba menghampiri tempat ini. Beberapa tempat telah disinggahi armada asing, seperti Lohayong di Solor. Di Lohayong, hingga kini masih tertinggal sebuah benteng yang didirikan Portugis guna melindungi diri dari musuh.
Selain prosesi Semana Santa yang tetap lestari hingga saat ini, kehadiran Portugis di Larantuka tetap hidup dalam wujud bahasa Portugis dan nama-nama Portugis, seperti Diaz, Riberu, Pareira, da Silva, dan lain-lain. Persentuhan budaya Portugis dan budaya lokal, yang tahun ini memasuki usianya yang ke-500 tahun, menjadi daya tarik wisata yang mengasyikkan.
Penangkapan Ikan Paus
Kembali ke kawasan timur Flores, tak jauh dari Larantuka, para petualang bahari bisa mampir sejenak ke Lamalera di Pulau Lembata untuk menyaksikan tradisi penangkapan ikan paus. Atraksi yang populer di mata wisatawan mancanegara itu sudah muncul berabad-abad silam.
Inilah warisan budaya yang tak lekang dimakan usia. Meski sudah menjadi kabupaten sendiri, Lembata bisa dimasukkan sebagai satu kawasan/paket wisata dengan Pulau Flores.
Ini merupakan tradisi unik peninggalan Portugis, yang masih tetap hidup di Larantuka. Setiap tahun, menjelang dan pada saat perayaan Paskah umat Katolik, kota indah di bibir pantai ujung timur Pulau Flores ini dibanjiri ribuan peziarah dari berbagai kota di pelosok Tanah Air, bahkan dari luar negeri.
Larantuka dalam sepekan itu menjadi “kota bisu”. Para peziarah seolah bergerak dalam kebisuan untuk mengikuti dengan kusyuk “tapak-tapak penderitaan hingga prosesi pemakaman Yesus” khas Larantuka.
Dalam dekade terakhir, Semana Santa Larantuka sudah masuk dalam agenda kunjungan wisata para “pencari sumber mata air kehidupan rohani”. Sejumlah biro perjalanan di Jakarta, Yogyakarta, Denpasar, Kupang, bahkan sudah rutin memasukkan Semana Santa di Larantuka ke dalam Paket Wisata Rohani tahunan mereka.
“Ziarah semacam ini perlu bagi mereka yang sedang dihinggapi kekeringan rohani,” ucap Herman Jacob, peziarah asal Jakarta.
Semana Santa, dengan berbagai ritual keagamaanya yang unik adalah salah satu pesona wisata yang ada di Larantuka. Sejatinya, ibu kota Kabupaten Flores Timur ini sendiri adalah tempat permukiman tua nan indah. Letaknya di kaki gunung Ile Mandiri (1502 meter dpl), kota ini terlindungi oleh dua buah pulau kecil di depannya, yakni Adonara dan Solor, yang hanya berjarak beberapa kilometer.
Di tengah apitan dua pulau ini terbentang sebuah lautan kecil dengan selat-selat sempit bagaikan sebuah telaga. Secara alami, Larantuka merupakan sebuah permukiman yang sangat indah.
Sebagai kota pelabuhan yang tidak terlalu besar, Larantuka memperlihatkan panorama yang dikelilingi bukit-bukit dan gunung Lewotobi ganda yang samar-samar tampak di bagian barat, sungguh memesona.
Keindahan itulah yang membuat Larantuka bagai gula yang didatangi “semut-semut” pada sekitar abad 16 dan 17, ketika berbagai pelayaran petualangan menghampiri kota ini. Bangsa Portugis dan Spanyol berlomba-lomba menghampiri tempat ini. Beberapa tempat telah disinggahi armada asing, seperti Lohayong di Solor. Di Lohayong, hingga kini masih tertinggal sebuah benteng yang didirikan Portugis guna melindungi diri dari musuh.
Selain prosesi Semana Santa yang tetap lestari hingga saat ini, kehadiran Portugis di Larantuka tetap hidup dalam wujud bahasa Portugis dan nama-nama Portugis, seperti Diaz, Riberu, Pareira, da Silva, dan lain-lain. Persentuhan budaya Portugis dan budaya lokal, yang tahun ini memasuki usianya yang ke-500 tahun, menjadi daya tarik wisata yang mengasyikkan.
Penangkapan Ikan Paus
Kembali ke kawasan timur Flores, tak jauh dari Larantuka, para petualang bahari bisa mampir sejenak ke Lamalera di Pulau Lembata untuk menyaksikan tradisi penangkapan ikan paus. Atraksi yang populer di mata wisatawan mancanegara itu sudah muncul berabad-abad silam.
Inilah warisan budaya yang tak lekang dimakan usia. Meski sudah menjadi kabupaten sendiri, Lembata bisa dimasukkan sebagai satu kawasan/paket wisata dengan Pulau Flores.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar